Indonesia Membutuhkan Tambahan Investasi US$211 Miliar

0
Indonesia Membutuhkan Tambahan Investasi
Ilustrasi investasi

Indonesia membutuhkan tambahan investasi US$ 211,5 miliar (Rp 2.686,50 triliun) hal itu agar dapat mengejar pertumbuhan ekspor sebanyak 300% atau menjadi US$ 458,8 miliar dalam 5 tahun yang akan datang.

Tjahja Widayanti selaku Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP), Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan bahwa investasi itu perlu untuk dilakukan secara bertahap dan sejalan dengan upaya untuk peningkatan ekspor nonmigas serta penambahan penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2015, dibutuhkan nilai investasi sebesar US$ 46,5 miliar agar dapat menggenjot ekspor hingga mencapai US$ 192,9 miliar. Nilai dari Investasi sebesar itu dapat menyerap atau memberikan tenaga kerja sampai 5 juta orang.

Tjahja juga menambahkan bahwa pada 2016, investasi yang diperlukan untuk menggenjot nilai ekspor menjadi US$ 255,6 miliar sampai US$ 54 miliar. Dari nilai investasi itu diharapkan juga dapat menyerap tenaga hingga mencapai 6 juta orang.

Ia melanjutkan, pada tahun 2017, Indonesia juga harus menyiapkan investasi dengan nilai sebesar US$ 38,7 miliar jika ingin membidik nilai ekspor sebanyak US$ 322,2 miliar. Tentunya jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dalam aktivitas ini mencapai 5 juta orang. Dan pada tahun berikutnya, investasi yang harus dikeluarkan ialah mencapai US$ 36,9 miliar agar bisa mencapai nilai ekspor US$ 391,5 miliar. Sementara untuk jumlah serapan tenaga kerja telah diperkirakan sebanyak 4 juta orang.

Dan pada tahun 2019, Indonesia akan membutuhkan tambahan investasi dengan nilai sebesar US$ 35,4 miliar agar dapat mencapai target ekspor US$ 458,8 miliar dan juga tentunya akan mampu menyerap tenaga kerja yang baru hingga sebanyak 3 juta orang. Oleh karena itu, total investasi yang diperlukan untuk 5 tahun kedepan mencapai hingga lebih dari US$ 200 miliar agar dapat meningkatkan jumlah ekspor hingga 3 kali lipat. Menurut Tjahja, target ini akan dapat dicapai melalui strategi pendekatan pada produk dan pasar.

Ia juga menjelaskan bahwa strategi pendekatan pasar akan dipusatkan pada 4 hal, yaitu untuk mempertahankan pasar yang sudah dibangun sebelumnya, untuk membuka pasar baru melalui penambahan akses pasar, untuk meningkatkan ekspor produk yang bernilai tambah pada pasar tersebut dan juga menahan penurunan ekspor ke negara utama.

Ia juga menegaskan bahwa strategi itu tidak akan jalan jika tidak dapat disokong oleh faktor kunci dari keberhasilan, yaitu untuk menjadikan target ekspor sebagai komitmen nasional yang akan melibatkan seluruh stakeholder, baik untuk pemerintah pusat, daerah ataupun pelaku usaha.

Ia juga melanjutkan, bahwa iklim investasi yang kondusif melalui perbaikan dari sistem perburuhan dan juga tata ruang daerah juga diperlukan agar dapat meningkatkan produktivitas nasional serta dapat mengembangkan industri penunjang. Dan yang tidak kalah penting ialah menjamin ketersediaan dari bahan baku serta penolong dan suplai energi untuk industri.

Tjahja menjelaskan bahwa sistem logistik yang meliputi gudang, jaringan distribusi seperti halnya jalan dan juga armada angkutan, terminal handling dan juga shipping pun harus dapat diperbaiki. Selain itu juga, perizinan serta berbagai prosedur seharusnya dapat dipermudah, terutama antara pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah. Produk yang kita jual itu harus memenuhi standar internasional. Walaupun telah berstandar nasional, akan tetapi belum tentu secara private untuk standar di negara tertentu masih belum memenuhi.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pada tahun lalu turun sebanyak 3% menjadi US$ 176 miliar, dari tahun 2013 yang mencapai US$ 182 miliar. Perinciannya seperti berikut ini, ekspor migas mencapai US$ 30 miliar dan untuk nonmigas senilai US$ 145 miliar. “Nilai dari ekspor Indonesia pada bulan Desember tahun 2014 telah mencapai US$14,62 miliar atau telah meningkat sebanyak 7,38% jika dibanding November 2014. Dan apabila dibandingkan dengan Desember 2013, ekspor telah turun 13,83%” ungkap Kepala BPS Suryamin.

Sumber : Investor Daily

Ralali Business Solution

Anda mungkin juga berminat

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.