Volume Pencarian Google dan Hubungannya dengan Potensi Omzet untuk Bisnis Kuliner (Termasuk Franchise)

0

Di suatu pameran franchise makanan ada sebuah brand menuliskan di brosur “Bisnis kami sudah dikenal orang, memiliki 100,000 follower di Instagram”

Namun ternyata nama brand kompetitornya dicari di Google sebanyak 6,000 kali per bulan, dibandingkan brand tersebut sebanyak 500 kali per bulan.
Apa artinya ? (ini contoh ilustrasi saja)

Banyak pebisnis kuliner tidak menyadari potensi besar yang tersembunyi dalam data sederhana seperti volume pencarian Google. Dalam dunia digital saat ini, volume pencarian bukan hanya angka; ini adalah indikator permintaan pasar yang dapat membantu memprediksi perilaku konsumen. Misalnya :

  • Anda di kota Surabaya sedang mempertimbangkan menjual nasi goreng seafood atau nasi goreng kampung
  • Anda sedang mempertimbangkan untuk membeli franchise A atau franchise B
  • Anda ingin riding the wave menjual coklat dubai di Jember, di kota tersebut misalnya belum ada yang menjualnya.

Jika data ini dimanfaatkan dengan baik, dapat menjadi alat strategis untuk Anda mengambil keputusan berdasarkan data dan meningkatkan omzet.

Mina Soku hadir sebagai solusi makanan siap saji untuk bisnis kafe Anda, menawarkan lebih dari 100 varian menu praktis, halal, dan berkualitas tinggi yang dapat disimpan hingga 12 bulan tanpa pengawet. Dengan Mina Soku, Anda dapat mengurangi biaya operasional dapur, memastikan konsistensi rasa, mempercepat penyajian, dan memperluas variasi menu tanpa memerlukan staf atau peralatan tambahan. Mina Soku membantu bisnis kafe Anda beroperasi lebih efisien, mengurangi food waste, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Anda bisa membeli Minasoku di sini.

Bagi pelaku bisnis kuliner, memahami volume pencarian berarti memiliki kemampuan untuk membaca pasar dan merencanakan strategi pemasaran yang lebih efektif. Dengan mengetahui seberapa sering kata kunci tertentu dicari, mereka dapat mengidentifikasi produk atau menu yang sedang diminati dan menyesuaikan penawaran mereka. Sayangnya, banyak yang belum menyadari bahwa data ini bukan hanya milik pakar SEO atau digital marketer, tetapi juga relevan bagi siapa saja yang ingin mengembangkan bisnis berbasis kebutuhan konsumen.

Artikel ini akan membahas apa itu volume pencarian Google, bagaimana cara menggunakannya untuk memprediksi potensi omzet, dan mengapa setiap pebisnis kuliner perlu memahaminya. Dengan memanfaatkan data ini secara strategis, Anda akan bisa melakukan analisa bisnis kuliner berdasarkan data.

Perbedaan Volume Pencarian Google VS Follower Social Media dalam Bisnis Kuliner

Dalam era digital, bisnis kuliner seperti kafe dan restoran sering mengukur popularitas mereka melalui jumlah pengikut di media sosial, terutama Instagram. Namun, volume pencarian di Google sebenarnya dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang minat dan niat beli konsumen.

Jumlah pengikut Instagram memang mencerminkan tingkat kesadaran merek (brand awareness), tetapi belum tentu menunjukkan niat pembelian yang konkret. Seseorang mungkin mengikuti akun restoran karena tertarik dengan foto-foto makanan yang estetik, tanpa ada rencana untuk mengunjungi restoran tersebut.

Di sisi lain, volume pencarian di Google lebih mencerminkan niat (intention) dari calon pelanggan. Ketika seseorang mencari nama restoran atau menu tertentu di Google, ini menunjukkan minat yang lebih serius dan potensi kunjungan yang lebih tinggi (Sumber). Pencarian ini sering kali merupakan hasil dari berbagai upaya pemasaran yang telah dilakukan, termasuk aktivitas (dan jumlah follower) di media sosial, jumlah cabang restoran, dan strategi pemasaran lainnya.

Bottom Funnel VS Top Funnel

Marketing funnel adalah tahapan-tahapan calon pembeli sebelum mereka melakukan pembelian.

Social media followers umumnya merupakan top funnel di mana follower melakukan sebuah aksi yang lebih bersifat low value, yaitu “memfollow”.

Sedangkan Google search volume merupakan bottom funnel, yang menandakan orang yang sudah melakukan pencarian, entah itu siap membeli, atau mencari informasi tempat makanan (nama brand) terdekat dari lokasinya.

Search Volume Tinggi di Google, bisa juga Tinggi di Platform (Gofood, Grab)

Volume pencarian tinggi di Google dapat mencerminkan popularitas suatu merek atau produk. Merek yang sering dicari cenderung memiliki daya tarik lebih besar di platform pengantaran makanan karena konsumen sudah mengenalnya. Sebagai contoh, restoran dengan banyak ulasan positif atau yang viral di media sosial sering kali mendapatkan lebih banyak pesanan di aplikasi pengantaran makanan.

Penelitian Akademis : Hubungan Volume Pencarian dan Omzet dalam bisnis Kuliner

Sebenarnya secara logika juga mudah dipahami, bahwa jika sebuah brand banyak dicari, ya pastinya omzetnya lebih besar daripada sebuah brand yang dicari lebih sedikit, namun berikut ini beberapa penelitian akademisnya

Penelitian Dampak Volume Pencarian Restoran terhadap Penjualan Restoran Lokal (A Study on The Impact of Search Volume for Restaurants on Local Restaurant Sales)

Penelitian yang dilakukan oleh G. Bak dan Soon-Ho Ka pada tahun 2024 (Bak & Ka, 2024) ini berfokus pada dampak volume pencarian restoran terhadap penjualan restoran lokal di Korea. Dengan menggunakan data dari Naver Data Lab, penelitian ini mengumpulkan informasi tentang volume pencarian restoran dari tahun 2016 hingga 2022. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara volume pencarian restoran dan penjualan restoran. Ini berarti bahwa semakin tinggi volume pencarian yang dilakukan oleh konsumen, semakin besar kemungkinan penjualan restoran akan meningkat.

Temuan ini sangat relevan bagi pemilik restoran dan pelaku bisnis di sektor makanan, karena menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang berfokus pada peningkatan visibilitas online dapat berdampak langsung pada penjualan. Dengan memahami pola pencarian konsumen, restoran dapat menyesuaikan penawaran mereka, meningkatkan promosi, dan menarik lebih banyak pelanggan. Penelitian ini juga menyarankan perlunya pendekatan strategis untuk meningkatkan penjualan restoran lokal, termasuk meningkatkan waktu tinggal wisatawan dan minat terhadap makanan lokal.

Dampak Covid Lockdown terhadap online interest dalam makanan prioritas di Thailand (The Impact of COVID-19 Lockdown on Public Online Interest in Food Priorities in Thailand: A Google Trends Analysis)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hung Nguyen Ngoc dan W. Kriengsinyos pada tahun 2021 (Ngoc & Kriengsinyos, 2021, pp. 240–240), penulis menganalisis bagaimana lockdown akibat COVID-19 mempengaruhi minat online masyarakat terhadap makanan di Thailand. Dengan menggunakan data dari Google Trends, penelitian ini mengamati perubahan dalam permintaan makanan selama periode lockdown yang berbeda, termasuk ‘national hard’ dan ‘localized soft’ lockdown. Hasilnya menunjukkan bahwa volume pencarian terkait makanan meningkat secara signifikan saat pengumuman lockdown dilakukan, dengan lonjakan pencarian yang lebih besar terjadi selama periode lockdown yang lebih ketat.

Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana situasi darurat, seperti pandemi, dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mencari informasi tentang makanan. Peningkatan minat terhadap makanan sehat dan bahan makanan pokok selama lockdown menunjukkan bahwa konsumen beradaptasi dengan situasi baru dan mengubah prioritas mereka. Temuan ini dapat digunakan oleh pelaku bisnis makanan untuk merumuskan strategi pemasaran yang lebih efektif, terutama dalam situasi krisis, dengan memanfaatkan data pencarian untuk memahami kebutuhan dan preferensi konsumen .

Dampak Google Search Terhadap Penjualan dari Experience Product (Google Search Effect on Experience Product Sales and Users’ Motivation to Search: Empirical Evidence from the Hotel Industry)

Penelitian yang dilakukan oleh Daying Zhao dan rekan-rekannya pada tahun 2018 (Zhao et al., 2018, p. 357) mengeksplorasi hubungan antara volume pencarian Google dan penjualan produk pengalaman, termasuk di sektor makanan dan perhotelan. Penelitian ini menemukan bahwa ada efek positif dua arah antara volume pencarian dan penjualan produk, yang menunjukkan bahwa ketika konsumen mencari informasi lebih banyak tentang produk, penjualan produk tersebut juga meningkat. Ini sangat relevan untuk industri makanan, di mana pengalaman kuliner sering kali menjadi faktor penentu dalam keputusan pembelian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaku bisnis di sektor makanan, seperti restoran dan kafe, dapat memanfaatkan data pencarian untuk memahami minat konsumen dan merespons dengan penawaran yang lebih sesuai. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya reputasi online dan diskon harga dalam mempengaruhi perilaku pencarian konsumen. Dengan demikian, pemilik bisnis dapat meningkatkan visibilitas mereka di mesin pencari dan menarik lebih banyak pelanggan dengan strategi yang tepat .

Bisnis Kuliner : Foot Traffic Tetap Penting

Dalam dunia bisnis kuliner, volume pencarian Google sering dianggap sebagai indikator popularitas dan potensi omzet suatu produk. Namun, kenyataannya, volume pencarian yang rendah tidak selalu berarti omzet yang kecil. Sebagai contoh, toko roti yang memiliki banyak cabang di lokasi strategis seperti stasiun kereta api atau terminal bus dapat menghasilkan omzet besar meskipun volume pencarian online untuk mereknya rendah. Hal ini terjadi karena lokasi dengan foot traffic tinggi memungkinkan bisnis tersebut menjangkau konsumen langsung tanpa bergantung pada pencarian digital.

Strategi ini menunjukkan bahwa selain membangun merek dengan search volume tinggi, memilih lokasi bisnis yang ramai tetap menjadi kunci keberhasilan dalam industri kuliner. Konsumen sering kali melakukan pembelian impulsif saat berada di tempat dengan lalu lintas pejalan kaki yang padat. Oleh karena itu, kombinasi antara kehadiran digital yang kuat dan pemilihan lokasi strategis dapat menjadi formula sukses bagi bisnis kuliner untuk memaksimalkan potensi omzet mereka.

Lebih jauh lagi, bagi bisnis kuliner yang beroperasi di lokasi dengan foot traffic tinggi, kebutuhan untuk membangun brand awareness (berbiaya mahal) melalui peningkatan search volume Google menjadi relatif berkurang. Hal ini karena pelanggan potensial sudah terpapar langsung dengan produk atau layanan saat mereka melewati lokasi tersebut. Dalam kasus seperti ini, fokus utama dapat dialihkan pada kualitas produk dan pelayanan di tempat untuk menarik perhatian konsumen secara langsung, tanpa harus mengandalkan strategi pemasaran digital yang kompleks.

Contoh penerapan analisa search volume untuk bisnis kuliner

Trend Minuman Boba

Saya dengar trend minuman boba sudah turun, apakah benar ?

Kalau dari data yang ada,di Oktober 2021 kata “boba” dicari sebanyak 338 ribu kali, di Januari 2025 dicari sebanyak 74 ribu kali

Coklat Dubai di Makassar

Terlepas dari coklat dubai memang mungkin saja trend sesaat, seberapa besar pasar coklat dubai di Makassar

Di Januari 2025, coklat dubai dicari sebanyak 3,6 ribu kali yang merupakan penuruan sebanyak 18%

Mixue di Indonesia

Seberapa besar demand Mixue di Google (Indonesia)

Bisnis kuliner minuman yang baru menutup sekitar 100 lebih gerainya

Penurunan ini tidak terjadi tiba-tiba tetapi gradual di 2024

Juli 2024 10,000
Agustus 2024 8,700
Sept 20245 6,600
Oct 6,100
Nov 4,880
Dec 5,580
Jan 4,620

Kira- kira apa lagi penerapannya untuk bisnis kuliner ?

Ralali Food Program

Bergabunglah dengan Ralali Food Program untuk mengembangkan bisnis horeca dan fnb Anda.


Anda mungkin juga berminat

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.