#INFOGRAFIS: Sisi Lain Dibalik Deretan Gedung Tertinggi di Dunia

Dilema Mencakar Langit Asia Meskipun Tanah Melingsir

0

Pembangunan gedung-gedung tertinggi di dunia sudah berlangsung sejak dahulu kala. Pada masanya, bangunan tertinggi dunia yang paling terkenal adalah Piramida Giza dan Menara Babel.

Memasuki abad ke-19 pembangunan gedung-gedung pencakar langit mulai mengisi dunia. Tepat pada 1908, Gedung Singer setinggi 187 meter dibangun di Manhattan, New York. Namun masa jayanya tak berlangsung lama. Pada tahun 1913, Gedung Singer yang dulunya dinobatkan sebagai gedung tertinggi pertama di dunia pun digantikan oleh Gedung Woolworth (241 m), saat kolaps pada tahun 1968.

Saat abad ke-20 tiba, akhirnya pemegang gelar gedung tertinggi di dunia pun pindah ke tangan negara Asia, yaitu Menara Petronas di Malaysia.

Menara setinggi 452 meter ini dirancang oleh Adamson Associates Architects bersama Cesar Pelli & Associates Architects Amerika Serikat pada 1998. Dibangun dengan desain 2 tower kembar yang menjulang tinggi dengan sebuah skybridge atau skywalk yang menghubungkan keduanya, Menara Petronas berhasil menjadi ikon negara Malaysia yang menarik perhatian dunia.

Setelah pencapaian Malaysia, negara-negara Asia lain seperti Taiwan, China, Dubai, Jepang, bahkan Indonesia pun seolah termotivasi untuk membuat gedung pencakar langit yang lebih fantastik lagi.

Gedung Tertinggi di Indonesia

Di Indonesia sendiri, gedung paling tinggi yang telah beroperasi dipegang oleh Gama Tower. Berlokasi di Jalan HR. Rasuna Said, gedung ini telah berdiri sejak tahun 2011. Gedung yang dimiliki PT. Wahana Nusantara ini memiliki ketinggian 285,8 meter dengan total 64 lantai.

Statusnya sebagai gedung tertinggi di dunia berada di peringkat 162 dan posisi ke-93 di Asia.

Tidak terdengar mengesankan? Jangan salah.

Sekarang ini, sebuah gedung di Indonesia―yang dalam masa pembangunan―telah dinobatkan menjadi Top 5 World’s Tallest Building (Sumber: The Jakarta Post), yaitu The Signature Tower.

Signature Tower merupakan calon pencakar langit pertama di Indonesia yang masuk kategori megatall versi Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH). Gedung setinggi 638 meter dengan 111 lantai ini direncanakan rampung pada tahun 2020 dan akan menggeser Shanghai Tower (635,5 m).

Saefullah menuturkan, Pemprov DKI Jakarta dan pihak SCBD akan mengirim surat ke istana untuk mengusulkan pembahasan The Signature Tower sebagai ikon nasional. Estimasi biayanya sendiri telah menyentuh angka 2 miliar dollar atau setara Rp 19,8 triliun.

Berikut Ini 20 Gedung Tertinggi di Dunia Tahun 2020:
  1. Kingdom Tower, Jeddah: 1,000+ m
  2. Burj Khalifa, Dubai: 828 m
  3. Ping An Finance Center, Shenzen: 660 m
  4. Seoul Light DMC Tower: 640 m
  5. Signature Tower, Jakarta: 638 m
  6. Shanghai Tower, Shanghai: 632 m
  7. Wuhan Greenland Center, Wuhan: 606 m
  8. Makkah Royal Clock Tower Hotel, Makkah: 601 m
  9. Goldin Finance 117, Tian Jin: 597 m
  10. Lotte World Tower, Seoul: 555 m
  11. Doha Convention Center and Tower, Doha: 551 m
  12. One World Trade Center, New York City: 541 m
  13. Chow Tai Fook Guangzhou, Guangzhou: 530 m
  14. Tianjin Chow Tai Fook Binhai Center, Tian Jin: 530 m
  15. Dalian Greenland Center, Dalian: 518 m
  16. Pentominium, Dubai: 516 m
  17. Busan Lotte Town Tower, Busan: 510 m
  18. Taipei 101, Taipei: 508 m
  19. Kaisa Feng Long Centre, Kaisa: 500 m
  20. Shanghai WFC, Shanghai: 492 m
gedung tertinggi di dunia
Penulis: Vivian Tania | Ilustrator: Hilman Reinaldy

 

Kalau diteliti lebih dalam, sebenarnya negara-negara berkembang lah yang seolah  terobsesi dengan gedung pencakar langit.

Sebagai catatan dalam 15 tahun terakhir, hampir 190 gedung pencakar langit dibangun di Dubai. Pada akhir tahun depan, akan ada sekitar 800 bangunan dengan tinggi lebih dari 152 meter di Tiongkok. Sekarang, Jakarta memiliki lebih dari 160 bangunan yang tingginya lebih dari 100 meter. Arab Saudi sebentar lagi akan memiliki menara tertinggi di dunia, Jeddah Tower atau Kingdom Tower setinggi 1.008 meter.

 

Gedung Tinggi Sebagai Solusi Lahan Terbatas

 

Mengapa negara berkembang begitu mendorong proyek-proyek konstruksi bertingkat tinggi?

Jawabannya, gedung pencakar langit mengatasi masalah kekurangan lahan, kepadatan penduduk, penawaran & permintaan serta kekurangan ruang usaha dalam satu bangunan. Gedung pencakar langit adalah solusi tepat untuk kota-kota yang memiliki lahan terbatas

Dilansir dari marketeers.com, Laporan Knight Frank Skyscrapers 2015 mengatakan bahwa gedung pencakar langit menjadi solusi dalam mengatasi masalah ekonomi dan geografis, seperti pemanfaatan lahan kosong, membuka lapangan kerja, dan memenuhi permintaan penduduk dengan lahan terbatas,

Karenanya, banyak kota di negara berkembang mengalami perkembangan pesat, dalam hal ekonomi, industri serta pertambahan penduduk. Contoh, Jakarta, Metro Manila, Mexico City dan Kolombo mengalami urbanisasi yang cepat. Hal ini, ditambah dengan pertambahan penduduk yang ekstrim, menghasilkan celah antara penawaran dan permintaan real estate perumahan dan unit komersial.

Dari sisi prestise sendiri, membangun gedung pencakar langit sama dengan membangun ikon-ikon negara yang sekaligus dianggap sebagai representasi tepat untuk investasi. “Semakin tinggi semakin terlihat hebat,” pungkas Ali dikutip dari okezone.

 

Penurunan Tanah Akibat Pembangunan Gedung Tinggi

Proyek gedung nan menjulang tinggi telah menyelamatkan perekonomian dan geografis banyak negara. Namun di saat bersamaan maraknya gedung bertingkat tentu saja berdampak pada sisi lingkungan.

Pembangunan gedung tinggi sendiri telah membuat penurunan tanah di Jakarta sejak tahun 1974.

dampak negatif gedung tinggi
Penulis: Vivian Tania | Ilustrator: Mario Natalao

Selain yang terlampir di infografis, alasan lain adalah tingginya pemakaian kaca pada gedung tinggi. Hal ini menimbulkan efek rumah kaca dan merusak kadar dan lapisan ozon pada langit. Pada daerah sekitar gedung pun akan terasa panas sebab cahaya terpantul ke bangunan yang lebih rendah. 

Akibatnya, wilayah jadi rentan banjir karena kurangnya daerah resapan atau lahan hijau.

Menanggulangi Dampak Pembangunan Gedung Tinggi

Karena tak mungkin jika pembangunan gedung tinggi dilarang begitu saja, ada baiknya jika menanggulanginya dengan membuat penghijauan dengan penerapan ruang terbuka hijau.

Dengan membuat taman kecil di atas gedung tersebut sudah sedikitnya membantu mengurangi polusi udara dan melepas oksigen ke atmosfer bumi. Pembuatan sumur resapan juga bisa dimanfaatkan untuk menampung air hujan. Lalu dapat dilakukan hal seperti Rainwater Harvesting — mengumpulkan air yang berasal dari hujan dan diolah kembali agar layak pakai.

Penerapan injeksi air tanah juga dapat dilakukan.  Injeksi air tanah merupakan kegiatan yang dilakukan manusia dengan memasukkan air ke tanah dengan metode gravitasi ataupun dengan pompa. Dengan menerapkan prinsip ini maka diharapkan dapat menjaga ketersediaan air di tanah agar tidak terjadi penurunan muka tanah.

Sehingga untuk ke depannya, dilema pembangunan gedung pencakar langit  dapat mengabur seiring  metode penanggulangan yang tepat. []

 

Ralali Business Solution

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.