Harga Gas Industri di Indonesia Termahal di Asean
Achmad Widjaja selaku Executive Committee Chairman Indonesian Gas Society (IGS) sekaligus Ketua Koordinator Gas Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan, bahwa harga gas industri di Indonesia termahal di Asean, atau bahkan di dunia. Hal tersebut membuat daya saing industri pengguna gas menjadi rendah.
Achmad mengatakan bahwa, tingginya harga gas telah membuat biaya produksi menjadi lebih besar, sehingga telah memengaruhi harga jual.
Dia juga menambahkan saat ini, harga gas di Indonesia sudah mencapai US$ 10 per million metric british thermal unit (mmbtu), sedangkan di Filipina berkisar US$ 4-5 per mmbtu, Vietnam US$ 5,43 per mmbtu, Malaysia US$ 4,47 per mmbtu serta Thailand US$ 5 per mmbtu.
Dampaknya, industri prioritas seperti misalnya industri keramik dan juga kaca mau tidak mau telah menaikkan harga jualnya menjadi 10% untuk dapat merespons mahalnya harga gas. Menurutnya seharusnya, Pemerintah menurunkan harga gas, dan bukannya malah menaikkan harga gas. Sebab, gas adalah salah satu kebutuhan utama dari industri.
Dia juga mengatakan, bahwa harga gas yang paling ideal di Indonesia yaitu berkisar US$ 5,7 – 6 per mmbtu. Dengan harga itu, industri nasional akan mempunyai nilai tambah dan juga tentunya akan mempunyai daya saing. Dia berkata bahwa, Para pelaku industri keberatan apabila harga gas sekitar US$ 10 per mmbtu.
Dia menyatakan, setelah pemerintah menurunkan harga gas, pekerjaan rumah selanjutnya ialah membereskan tata kelola energi yang ada di Indonesia. Selama ini, masalah energi di Indonesia itu tidak pernah transparan, sehingga berdampak atau membuat harga energi menjadi tidak stabil.
Dia telah menyarankan pemerintah untuk membentuk perusahaan induk (holding) energi, yaitu PT Pertamina dan juga PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) di gabung menjadi satu. Dari fakta yang ada, Pertamina dan juga PGN masing-masing telah mempunyai kebijakan yang belum mendukung industri nasional.
Dia juga mengatakan, bahwa di Indonesia, sudah banyak holding yang telah dibentuk, seperti misalnya holding perkebunan. Pembentukan holding tentunya akan membuat kinerja perusahaan menjadi lebih efektif. Selain itu dia juga mengatakan di Indonesia tinggal holding energy yang masih belum dibentuk. Jika holding energi tersebut sudah dibentuk, dia optimistis bahwa mafia gas secara perlahan akan hilang.
Sumber: Investor Daily
Ralali Food Program
Bergabunglah dengan Ralali Food Program untuk mengembangkan bisnis horeca dan fnb Anda.