Miris, Dalam Tiga Tahun 60 Pabrik Sepatu Indonesia Bangkrut
Naiknya UMR atau upah minimum regional dalam 3 tahun terakhir menenggelamkan bisnis sepatu. Tercatat ada sekitar 60 pabrik sepatu Indonesia yang gulung tikar disebabkan penyesuaian terhadap UMR serta tidak kuat dalam menanggung beban naiknya tarif listrik.
“Dalam tiga tahun terakhir, 60 pabrik sepatu di Tangerang bangkrut dan tutup. Penyebabnya penyesuaian UMR dan tarif listrik,” ujar Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko.
Ia menganggap bahwa desakan para buruh dari mulai minta dinaikkannya upah sekitar 32% sampai dengan jaminan pensiun yang sangat besar di tahun depan menurutnya merupakan hal yang tidak wajar, sebab pengusaha sepatu sekarang ini sedang dihadapkan dalam keadaan yang sulit dalam mempertahankan bisnis yang diakibatkan kejenuhan pasar, serta adanya ancaman dari negara lain.
Baca juga: Manfaat Menggunakan Sepatu Safety Untuk anda
“Jadi buruh mau menuntut apa saja biarlah, diamkan saja. Karena menuntut itu harus sesuai kemampuan perusahaan, realistis lah. Kalau pabrik tutup buruh juga yang rugi,” kata dia.
Ia menjelaskan, bahwa sikap pasrah dari para pengusaha sepatu bukan tanpa sebab. Menurut dia bahwa pengusaha selalu kalah suara dengan suara buruh. “Ya kita diam saja, mau bersuara pun kalah karena buruh menuntut pakai emosi dan kekuatan premanisme,” ujar Eddy.
Padahal produktivitas buruh negara Indonesia sangatlah jauh dari kata tinggi. Perusahaan sendiri tentunya akan benar-benar memperhatikan kesejahteraan karyawannya semisal jaminan kesehatan, gaji dan yang lainnya apabila karyawan tersebut rajin serta bagus kerjanya.
Baca Juga : Kalangan Industri Serta Pengusaha Asal Inggris Incar 5 Sektor Industri Ini
Ia berharap kepada pemerintah untuk bersikap adil sebab Menteri Tenaga Kerja selama 20 tahun belakangan ini lebih berpihak kepada buruh. Apabila ada perundingan ataupun negosiasi pun percuma, bahwa pemerintah pastinya akan selalu memenangkannya.
“Alasan pemerintah karena buruh adalah orang-orang yang harus dibela, tidak mampu, takut dengan ribuan orang. Kami ingin pemerintah ada di tengah menjembatani komunikasi antara pengusaha dan buruh,” ujar Eddy.
Penulis : Vei
Editor : angga
Ralali Food Program
Bergabunglah dengan Ralali Food Program untuk mengembangkan bisnis horeca dan fnb Anda.