Indonesian Coffee Cupping: Inovasi Diplomasi untuk Memperkuat Ekspor Kopi ke Amerika Serikat

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia dengan potensi besar untuk memperluas pangsa pasar globalnya, khususnya di Amerika Serikat. Sebagai negara tujuan ekspor utama kopi Indonesia, Amerika Serikat menawarkan peluang ekonomi yang menjanjikan. Namun, persaingan ketat dengan negara-negara produsen kopi lainnya seperti Brazil, Kolombia, Ethiopia, dan Kenya membuat Indonesia harus terus berinovasi dalam strategi pemasaran dan diplomasi ekonominya.
Penelitian tentang diplomasi kopi Indonesia melalui kegiatan Indonesian Coffee Cupping dilakukan oleh Henike Primawanti, Azizah Tisnakusumahnita, dan Diyat Nurrahman dari Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung. Henike Primawanti merupakan dosen Program Studi Hubungan Internasional di UNIKOM dengan keahlian dalam bidang e-government, gender dalam hubungan internasional, serta komunikasi internasional. Azizah Tisnakusumahnita dan Diyat Nurrahman adalah mahasiswa Hubungan Internasional di universitas yang sama, dengan minat khusus pada isu-isu diplomasi dan kebijakan luar negeri. Penelitian ini menggabungkan perspektif akademik dan praktik untuk mengeksplorasi potensi Indonesian Coffee Cupping sebagai alat diplomasi ekonomi dalam meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Dalam konteks ini, penelitian mengenai “Diplomasi Kopi Indonesia melalui Indonesian Coffee Cupping terhadap Amerika Serikat” dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana metode Coffee Cupping dapat digunakan sebagai alat diplomasi ekonomi yang efektif dalam meningkatkan hubungan bilateral kedua negara sekaligus meningkatkan ekspor kopi Indonesia ke pasar Amerika Serikat.
Mengapa Penelitian Ini Dibuat?
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya sektor pertanian, khususnya kopi, bagi perekonomian Indonesia. Sebagai produsen kopi terbesar keempat dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam meningkatkan ekspor kopi ke pasar internasional. Namun, tantangan seperti keterbatasan produksi jenis kopi arabika yang sangat diminati pasar Amerika serta fluktuasi harga global menjadi hambatan serius yang perlu diatasi.
Penelitian ini ingin mengkaji bagaimana strategi diplomasi kopi melalui kegiatan Indonesian Coffee Cupping dapat menjadi solusi untuk:
- Meningkatkan citra positif kopi Indonesia di pasar internasional.
- Memperluas jaringan bisnis antara pelaku industri kopi Indonesia dengan mitra bisnis di Amerika Serikat.
- Mengatasi tantangan produksi terbatas dan fluktuasi harga komoditas kopi di pasar global.
Diplomasi Kopi Melalui Indonesian Coffee Cupping
Diplomasi kopi merupakan bagian dari gastrodiplomasi yang memanfaatkan kopi sebagai media promosi budaya sekaligus komoditas ekspor unggulan. Salah satu implementasi nyata dari diplomasi ini adalah melalui kegiatan Indonesian Coffee Cupping yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles bekerja sama dengan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Los Angeles. Kegiatan bertajuk “Hybrid Business Matching and Cupping” ini mempertemukan langsung para pemasok kopi dari UKM Indonesia dengan pemilik coffee shop dan coffee roasters di Los Angeles.
Dari kegiatan tersebut, beberapa varian kopi seperti Java Pineapple, Bondowoso, dan Wahana Longberry Washed mendapat apresiasi tinggi dari peserta. Hasilnya pun cukup menjanjikan dengan komitmen pembelian mencapai sekitar USD 100.000. Ini menunjukkan bahwa pendekatan Coffee Cupping efektif dalam memperkenalkan kualitas unggul kopi Indonesia kepada calon pembeli potensial.
Tantangan dalam Diplomasi Kopi Melalui Coffee Cupping
Meski memiliki potensi besar, diplomasi kopi melalui Indonesian Coffee Cupping menghadapi beberapa tantangan utama:
- Produksi Kopi Terbatas
Permintaan pasar AS lebih condong pada jenis arabika yang produksinya di Indonesia masih terbatas karena kendala geografis serta biaya produksi tinggi dibanding robusta yang mendominasi produksi nasional. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena mayoritas ekspor kopi Indonesia masih berupa robusta. - Harga Komoditas Tidak Stabil
Harga komoditas pertanian global diprediksi mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi makro yang tidak menentu serta potensi resesi global. Kondisi ini berpotensi menurunkan permintaan terhadap komoditas kopi hingga tahun-tahun mendatang1. - Persaingan Ketat dengan Negara Produsen Lain
Negara-negara seperti Brazil memiliki keunggulan produksi arabika berkualitas tinggi dengan volume ekspor besar. Hal ini membuat persaingan di pasar AS semakin ketat bagi produk-produk asal Indonesia1.
Peluang Ekspor Kopi Melalui Diplomasi Kopi
Di tengah berbagai tantangan tersebut, peluang untuk meningkatkan ekspor tetap terbuka lebar. Data menunjukkan bahwa nilai ekspor kopi Indonesia ke AS mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2022 sebesar 55,71% dibandingkan tahun sebelumnya1. Ini membuktikan bahwa upaya promosi melalui diplomasi seperti Coffee Cupping mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai ekspor.
Kegiatan promosi seperti Hybrid Business Matching and Cupping terbukti efektif dalam memperluas jaringan bisnis dan membuka peluang investasi baru bagi pelaku industri kopi nasional di pasar internasional.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa diplomasi kopi melalui kegiatan Indonesian Coffee Cupping merupakan strategi efektif untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat serta meningkatkan volume ekspor produk kopi nasional. Meski demikian, beberapa tantangan seperti keterbatasan produksi arabika dan ketidakstabilan harga komoditas global masih perlu menjadi perhatian serius.
Rekomendasi berikut dapat dipertimbangkan oleh para pelaku industri maupun pemerintah:
- Penguatan Kapasitas Produksi Arabika: Pemerintah bersama pelaku industri perlu mendorong peningkatan luas lahan perkebunan arabika serta memberikan dukungan teknologi modern kepada petani agar kualitas dan kuantitas produksi meningkat sesuai kebutuhan pasar AS.
- Strategi Branding Terintegrasi: Kegiatan promosi melalui Coffee Cupping perlu dikombinasikan dengan strategi branding nasional yang lebih luas agar citra positif produk Indonesia semakin kuat di mata konsumen internasional.
- Kolaborasi Lintas Sektor: Kerja sama antar kementerian/lembaga terkait serta pelaku usaha kecil menengah (UKM) harus terus diperkuat agar diplomasi ekonomi melalui sektor kopi berjalan optimal.
- Adaptasi Pasar dan Inovasi Produk: Industri harus terus berinovasi dalam menciptakan varian produk baru yang sesuai selera konsumen AS serta melakukan riset pasar secara berkala guna memahami tren konsumsi terbaru.
Dengan implementasi rekomendasi ini secara konsisten, diplomasi kopi dapat menjadi pendorong utama peningkatan ekspor sekaligus memperkuat posisi strategis Indonesia sebagai produsen utama kopi berkualitas tinggi di dunia internasional.
Ralali Food Program
Bergabunglah dengan Ralali Food Program untuk mengembangkan bisnis horeca dan fnb Anda.