Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Terganjal
Diperkirakan angka pertumbuhan ekonomi nasional melambat, dari 5,21 % pada triwulan 1 tahun 2014 lalu kini menjadi 5% pada triwulan 1 tahun 2015. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS atau Badan Pusat Statistik yaitu Sasmito Hadi Wibowo mengatakan bahwa Hambatan pada pertumbuhan ekonomi berasal dari kinerja sektor pertanian, tambang serta konstruksi. “Investasi juga belum terasa dampaknya, mungkin baru di bulan keempat,” ujar Sasmito Hadi Wibowo.
Walaupun ia tidak mau memberitahukan berapa angkanya, ia mengatakan bahwa pelemahan pertumbuhan tersebut terjadi ketika neraca perdagangan sedang surplus, inflasi yang rendah dan industri yang tengah tumbuh. Menurutnya industri manufaktur menjadi faktor satu-satunya yang mendorong pertumbuhan ekonomi. “Sektor manufaktur skala besar dan sedang bisa tumbuh hingga 5,05 persen di kuartal I,” ujarnya.
Baca Juga : Peranan Penting Lambang Keselamatan Kerja
Ia pun mengatakan bahwa kinerja industri manufaktur yang besar serta sedang itu ditunjang oleh produksi barang logam dan peralatan yang naik sekitar 13,01%. Industri peralatan listrik serta kimia pun naik, sekitar 10,13% serta 9,75%. Sedangkan untuk industri tang mengalami penurunan produksinya ialah industri kertas, turun sekitar 4,04%, industri karet serta plastik turun sekitar 3,94% dan industri pakaian turun sekitar 3%.
Menteri keuangan yaitu Bambang Brodjonegoro pun mengutarakan perlambatan terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan 1. Ia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di bawah 5%. Ia berharap bahwa setelah belanja pemerintah bisa terwujud pada triwulan II prekonomian bisa membaik. “Semoga ada efek berganda dari belanja pemerintah, khususnya di sektor infrastruktur,” ujarnya.
Lana Soelistianingsih yang merupakan Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi triwulan 1 menjangkau 4,9 sampai 5%. Menurutnya penghambat laju pertumbuhan ekonomi ialah penurunan konsumsi rumah tangga serta impor barang konsumsi. Akan tetapi penurunan tersebut dapat diimbangi dengan investasi yang mempunyai kontribusi 28% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga : Inilah Mengapa Industri Keramik Jadi Unggulan Indonesia
Inilah Mengapa Industri Keramik Jadi Unggulan Indonesia
Sedangkan untuk ekonom dari Bank Central Asia yaitu David Sumual mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada bulan Januari sampai Maret berkisar 4,8 sampai 5% karena lesunya belanja pemerintah serta konsumsi. “Tercermin dari pendapatan emiten di bursa saham, yang rata-rata menurun,” ujarnya. Sedangkan ekonom BRI yaitu Anggito Abimanyu, mengatakan bahwa indikator penurunan konsumsi serta investasi terlihat dari melemahnya kredit perbankan, dari sebelumnya naik 35 % kini turun menjadi 12 %.
Penulis : Vei
Editor : Angga
Ralali Food Program
Bergabunglah dengan Ralali Food Program untuk mengembangkan bisnis horeca dan fnb Anda.