Uang Baru Tak Pengaruhi Ecommerce dan Industrial Online Indonesia
Uang baru tak pengaruhi ecommerce dan industrial online Indonesia, buktinya hingga kini pelaku industri dan pihak terkait terlihat menerima dan menganggap hal ini merupakan hal biasa – Bank Indonesia (BI) menyatakan ada delapan perubahan pada uang kertas pecahan Rp100.000 baru tahun emisi 2014 dibandingkan tahun emisi 2004 yang beredar saat ini. Namun hal tersebut tak pengaruhi ecommerce dan industrial online yang saat ini tengah berkembang pesat.
Secara umum desain uang rupiah kertas pecahan Rp100.000 tahun edisi 2014 ini tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, dalam siaran pers yang diterima ralalinews.com mengutip Antara beberapa waktu lalu.
Tirta Segara mengungkapkan bahwa perbedaan utama terletak pada frase “Negara Kesatuan Republik Indonesia” pada bagian muka dan belakang uang kertas itu.
Penandatanganan uang dari yang sebelumnya anggota Dewan Gubernur BI menjadi Gubernur BI dan Menteri Keuangan. Kedua hal tersebut merupakan penegasan makna filosofis rupiah sebagai simbol kedaulatan negara yang harus dibanggakan oleh bangsa.
Tak Berpengaruh Pada Industrial Online Indonesia
Meski memiliki gaya baru namun hal tersebut tak memiliki pengaruh kuat bagi pelaku ecommerce dan industrial online di Indonesia. Selain kebanyakan transaksi dilakukan dengan metode transfer, dan pembayaran pihak ketiga seperti sistem paypal, transaksi COD (cash on delivery) juga tak berpengaruh sejauh hal tersebut dilakukan dengan benar.
ralali.com misalnya, perusahaan yang bergerak dalam bisnis penjualan online dengan konsep B2B (bussiness to bussiness) tetap berjalan dengan tenang dan tetap melakukan penjualan serta transaksi yang telah diatur sebagaimana mestinya sesuai dengan aturan yang dibuat.
Desain dan ciri uang Baru NKRI
Mesi kehadiran uang baru ini tak pengaruhi ranah ecommerce dan industrial online Indonesia, dalam keterangan tertulis, Kamis 14 Agustus 2014, BI menyampaikan bahwa secara umum desain uang rupiah pecahan kertas Rp 100.000 tahun emisi 2014 tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan uang pecahan tahun emisi 2004 atau yang sama yang digunakan saat ini.
Ciri-cirinya :
1. Bahan: kertas khusus terbuat dari serat kapas
2. Ukuran: 151 mm x 65 mm
3. Warna dominan: merah
4. Gambar Utama:
– Tokoh proklamasi Dr. (H.C) Ir. Soerkarno dan Dr. (H.C) Drs Mohammad Hatta (bagian muka
– Gedung MPR/DPR/DPD (bagian belakang).
Desain :
1. Perubahan desain see through register/rectoverso, dan bisa dipastikan untuk poin desain tentu tak berpengaruh pada ecommerce dan industrial online Indonesia.
2. Frasa “Negara Kesatuan Republik Indonesia” pada bagian muka dan belakang uang (perbendaan mencolok dari yang saat ini beredar).
3. Perubahan penulisan nama dan gelar pahlawan (sesuai Keppres)
4. Perubahan lokasi tahun emisi dan tahun cetak
5. Perubahan penandatanganan Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan (perbedaan mencolok, karena sebelumnya hanya Dewan Gubernur Bank Indonesi)
6. Penambahan blok warna
7. Perubahan warna pada nomor seri
8. Perubahan ukuran huruf pada frasa Bank Indonesia.
Sejarah Uang di Indonesia
Secara umum, justru perubahan dari masa kemasa ini yang cenderung mengubah pola transaksi belanja dari menggunakan uang ke transaksi online dalam ecommerce dan industrial online Indonesia. Jika hanya berupa desian mata uang sepertinya tak terlalu berpengaruh.
Berikut adalah sekelumit sejarah uang di Indonesia yang akhirnya mengubah pola transaksi hingga saat ini. Penggunaan uang Indonesia secara serentak tanpa mengacu pada kerajaan adalah pada masa pasca kemerdekaan, meski begitu tak semua orang atau penduduk Indonesia menggunakan uang tersebut, untuk kerajaan misalnya, beberapa masih menggunakan alat tukar transaksi versi sendiri alias diterbitkan khusus di kerjaan tersebut.
Namun perlahan seiring berjalannya waktu nilai tukar dan desain mata uang Indonesia secara umum sudah digunakan hingga saat ini. Catatan salah satu sumber yang ralali.com temukan, uang pertama kali beredar di Indonesia adalah pada masa kerajaan Mataram dan tak pelak kerajaan lain yang ada di Nusantara memilikinya.
Berikut sejarah perjalanan uang di Indonesia;
Mataram Kuno
Uang tersebut muncul sekitar 850M, Kerajaan tersebut memiliki 3 satuan berbeda dengan nominal terbesar adalah Ma atau Masa, kemudian Atak dan Kupang.
Jenggala
Kemunculannya 1042 – 1130M, terdiri dari koin emas dan perak, namun saat itu trensaksi banyak menggunakan jenis uang Kepeng dari dataran Cina.
Majapahit
Penggunaan uang ini mirip dengan kerajaan mataram kuno, Ma, Ku dan Atak, namun ada tambhana penggunaanm koin emas yang di cetak gambar Gobog Wayang, Teratai atau Jambangan di bagian permukaannya.
Samudra Pasai
Menggunakan nama dirham, dengan kandungan kadar emas hingga 70% 22 karat, tak ayal saat itu 5 keping dirham samudra pasai senilai 1 silling inggris. Sementara pecahan yang digunakan adalah 1 dan ½ dirham.
Buton
Berbeda dengan mata uang kerajaan lain, di kerajaan ini mata uang yang digunakan adalah Kain Tenun atau biasa disebut dengan Kampua. Dibuat oleh putrid istana dan dimodifikasi desain serta corak agar meminimalisir pemalsuan.
Kesultanan Banten
Kerajaan ini memiliki nama matauang Kasha, sebuah koin emas dengan lubang ditengah, sangat erat dengan peradaban Cina.
Gowa
Nama mata uang saat itu adalah Jingara yang materialnya terdiri dari timah dan tembaga. Terasa sekali jika perubahan dari masa kemasa hingga saat ini ditengah canggihnya teknologi transaksi pembayaran model belanja era ecommerce dan industrial online Indonesia, jaman kerajaan cenderung benar-benar amat sangat konvensional.
Kesultanan Cirebon
Sama dengan kesultanan banten, kebudayaan yang tersirat masih dari dataran Cinba dengan penamaanya adalah Picis.
Kesultanan Sumenep
Di kerajaan ini ternyata sangat erat kaitannya dengan bangsa Spanyol, dan waktu itu kerajaan Sumenep menggunakan uang Spanyol sebagai nilau tukar transaksi. Tak hanya itu, Thaler Austria dan Gulden juga digunakan. Ini mungkin karena pulau tersebut yang kecil dan mudah ditaklukan maka mereka menggunakan mata uang penjajah.
Masa Penjajahan
Nah, pada masa ini, tak ubahnya seperti kerajaan Sumenep, Indonesia saat itu mau tak mau harus menggunakan mata uang penjajahnya, gulden. Hingga masa pasca kemerdekaan perubahan tersebut perlahan terjadi hingga saat ini mengunakan mata uang sendiri, rupiah. Meskipun tetap perubahannya tak berpengaruh pada ecommerce dan industrial online Indonesia.
Bagaimana, apakah Anda tertarik dan penasaran untuk mendapatkan pecahan baru ini dan digunakan untuk belanja? Untuk Anda yang kerap melakukan belanja dengan transaksi indutrial online Indonesia atau ecommerce maka hal ini tak terlalu berpengaruh, jika tetap ingin menukar uang tersebut BI menegaskan bahwa pecahan uang emisi 2014, atau uang NKRI belum beredar luas di masyarakat terhitung tanggal 17 Agustus 2014 lalu.
Meski begitu, pejabat BI (bank Indonesia) akan memantau dan memastikan bahwa uang dengan desain baru ini sudah disiapkan di kantor BI seluruh di wilayah Indonesia. Bahkan, hingga di daerah terpencil. Untuk itu, pihak perbankan dan masyarakat yang ingin mendapatkan maupun menukar uang lamanya dengan uang baru NKRI, dipersilahkan ke kantor BI. Mau?
Ralali Food Program
Bergabunglah dengan Ralali Food Program untuk mengembangkan bisnis horeca dan fnb Anda.