Sejumlah Industri Terkena Bogem Mentah Kenaikan Tarif Listrik

0

kenaikan tarif listrik

Pengusaha kewalahan menghadapi Kenaikan tarif listrik mulai bulan Mei 2015. Naiknya harga listrik tersebut diibaratkan bogem mentah, ketika pelaku bisnis tengah sempoyongan sebab para pelaku bisnis dihajar bermacam tekanan beban semisal melemahnya daya beli, naiknya harga bahan bakar minyak, beragam aturan sampai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Salah satu bidang industri yang menjerit yaitu industri tekstil. Ketua API atau Asosiasi Pertekstilan Indonesia yaitu Ade Sudrajat memberikan pernyataan bahwa naiknya harga listrik tersebut membuat daya saing industri manufaktur dalam negeri berkurang. “Ini jadi lampu kuning bagi industri di Indonesia,” ujar Ade.

Dalam catatannya, dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 spindle benang yang tidak lagi berproduksi ada sekitar 1,6 juta. Hal tersebut terjadi karena efek dari naiknya harga listrik pada tahun lalu. Banyak industri benang yang menaikkan harganya sehingga kalah saing. “Saat harga jual produk naik, benang impor China akan datang,” ujar Ade.

Tekanan yang serupa pun dirasakan oleh industri elektronik . Akibat naiknya tarif listrik mereka mesti menaikan harga jual, dengan efek barangnya akan tidak laku. “April lalu kami baru menaikkan harga, kemungkinan harga akan naik lagi sekitar 1%-3% pada Juli,” ujar Santo Kadarusman selaku Public Relations and Marketing Event Manager PT Hartono Istana Teknologi yang merupakan produsen elektronik merek Polytron.

Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Kementrian Perindustrian yaitu Syarif Hidayat sangat menyesalkan naiknya tarif listrik. “Saat daya beli masyarakat turun, justru ditambah kenaikan tarif listrik,” ujar Syarif.

Dia mengakui bahwa menurut catatan BPS atau Badan Pusat Statistik sepanjang triwulan 1 tahun 2015 industri manufaktur semisal pakaian jadi, barang dari karet dan plastik, karet serta industri kertas terjadi perlambatan pertumbuhan industri apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. “Saat ini ekonomi melambat, permintaan menyusut dan produksi ikut susut,” ungkap Syarif.

Baca Juga : Peluang Bagi Industri Kertas Untuk Pasar Bebas Asean

Kenaikan harga listrik tidak hanya membuat sektor industri kewalahan. Para pedagang peritel pun mengalami kewalahan terutama penyewa ruang mal, karena pengurus mal akan mengerek harga sewa ruang guna menutupi ongkos operasional. “Kami akan menaikan services charge 5%,” kata Michael Yong selaku Sekretaris Perusahaan PT Summarecon Agung Tbk.

Penulis : Vei
Editor : Angga

Ralali Business Solution

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.